Iklan
Ramen, tempura, dan hidangan klasik Jepang lainnya: menjelajahi Jepang adalah perjalanan untuk pancaindra. Dari gemerlap lampu Tokyo hingga kuil-kuil Kyoto, setiap sudut menawarkan kisah yang tak hanya diceritakan melalui kata-kata, tetapi juga melalui rasa.

Dan justru di situlah Ramen, tempura, dan makanan klasik Jepang lainnya di mana esensi narasi kuliner yang memukau seluruh dunia ditemukan.
Ringkasan
- Pendahuluan: Jepang melalui langit-langit mulut
- Sejarah hidup di balik ramen
- Tempura: seni membuat adonan yang sempurna
- Hidangan klasik Jepang lainnya yang harus Anda coba
- Budaya, rasa hormat, dan ketepatan di meja makan Jepang
- Tempat untuk menikmati cita rasa otentik dalam perjalanan Anda
- Kesimpulan: Melampaui Piring
- Pertanyaan yang Sering Diajukan
Jepang melalui langit-langit
Bisakah sebuah hidangan menceritakan kisah suatu negara? Di Jepang, jawabannya adalah ya.
Masakan Jepang bukan sekadar cara makan, tetapi sebuah filosofi yang mencerminkan rasa hormat, keseimbangan, dan hubungan dengan alam.
Iklan
Oleh karena itu, pahamilah Ramen, tempura, dan makanan klasik Jepang lainnya Kenyataannya, ia memahami jiwa budayanya.
Wisata gastronomi di Jepang telah tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut data dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO)72% pengunjung asing pada tahun 2024 menganggap makanan Jepang sebagai salah satu alasan utama bepergian ke negara tersebut.
Gambar ini menunjukkan bagaimana memasak telah menjadi sebuah pengalaman yang sama pentingnya dengan mengunjungi Gunung Fuji atau berjalan-jalan di Shibuya.
Sejarah hidup di balik ramen
Ramen tidak lahir di Jepang, tetapi negara tersebut mengubahnya menjadi sebuah bentuk seni.
Berasal dari Cina, ia tiba di Jepang pada awal abad ke-20 dan diterima dengan antusias, serta memperbarui dirinya di setiap wilayah.
Saat ini ada lusinan varian: tonkotsu dari Fukuoka, miso dari Sapporo, shoyu dari Tokyo, atau shio dari Hakodate.
Tiap mangkuk menceritakan sebuah kisah.
Dia mie instan Masakan ini memadukan teknik, tradisi dan modernitas: kaldu yang dimasak selama berjam-jam, mi gandum segar, daging babi atau ayam, telur yang diasinkan dan sedikit rumput laut atau daun bawang.
Tidak ada dua ramen yang sama, dan di situlah letak keajaibannya.
Contoh sempurnanya adalah Ichiran Ramen, terkenal karena pengalaman pribadinya.
Setiap pelanggan makan di stan mereka sendiri, dengan fokus sepenuhnya pada rasa.
Gagasan menikmati tanpa gangguan ini melambangkan nilai utama budaya Jepang: mengejar kesempurnaan dalam kesederhanaan.
Tempura: seni membuat adonan yang sempurna
Ringan, renyah, dan nyaris halus. Tempura, meskipun juga berakar dari luar negeri (diperkenalkan oleh misionaris Portugis pada abad ke-16), disempurnakan oleh Jepang hingga menjadi lambang keanggunan kuliner.
Rahasianya ada pada cara penyajiannya: minyak bersih, suhu yang tepat (sekitar 170°C) dan campuran tepung terigu dan air dingin yang dikocok secukupnya hingga menahan udara.
Beginilah cara Anda mendapatkan lapisan emas halus yang menyelimuti udang, labu, atau terong.
Di Tokyo, pengalaman menyantap tempura hampir bersifat seremonial.
Restoran seperti Tempura Kondo, dengan dua bintang Michelin, menunjukkan bagaimana hidangan sederhana dapat ditingkatkan menjadi ekspresi artistik.
Tempura tidak disajikan dengan saus kental atau bumbu tersembunyi; ia dinikmati dalam keheningan, sambil menikmati tekstur dan suara gigitan pertama.
Hidangan klasik Jepang lainnya yang harus Anda coba
Meskipun ramen dan tempura Mereka adalah ikon; Jepang menawarkan keragaman kuliner yang mengejutkan. Di antara hidangan klasik yang paling dicintai adalah:
| Piring | Deskripsi singkat | Wilayah Unggulan |
|---|---|---|
| Sushi | Nasi cuka dengan ikan atau sayuran segar. | Tokyo (Sushi Edomae) |
| Okonomiyaki | Pancake gurih dengan kubis, daging atau makanan laut, disiapkan di atas wajan datar. | Osaka dan Hiroshima |
| Takoyaki | Bola adonan dengan potongan gurita, renyah di luar dan lembut di dalam. | Osaka |
| Yakitori | Sate ayam panggang arang, khas izakaya. | Di seluruh Jepang |
| Tonkatsu | Fillet babi yang dilapisi tepung roti dan digoreng, disajikan dengan kubis. | Nagoya |
Masing-masing mencerminkan bagian berbeda dari karakter orang Jepang: ketepatan, kesederhanaan, dan rasa hormat terhadap bahan-bahan.
Analogi yang berguna adalah membayangkan masakan Jepang sebagai taman Zen: setiap elemen tampak minimal, tetapi posisi dan keseimbangannya menghasilkan harmoni total.

Baca selengkapnya: Makanan penutup tradisional paling terkenal di dunia
Budaya, rasa hormat, dan ketepatan di meja makan Jepang
Makan di Jepang juga merupakan tindakan penghormatan.
Dari memberi sedikit hormat sebelum menerima piring hingga mengucapkan kalimat klasik “Itadakimasu” cara mengucapkan terima kasih kepada orang yang menyiapkan makanan dan alam—semuanya dipenuhi dengan rasa syukur.
Pengunjung harus menyadari bahwa ada beberapa aturan budaya dasar: jangan pernah menancapkan sumpit ke nasi, jangan memindahkan makanan dari satu sumpit ke sumpit lain (karena ini dikaitkan dengan ritual pemakaman), dan hindari berbicara dengan mulut penuh.
Namun di balik labelnya, yang menarik adalah perhatian terhadap detail.
Di Jepang, penyajian merupakan bagian dari cita rasa. Setiap hidangan disajikan sebagai mahakarya visual, di mana warna, bentuk, dan penataan sama pentingnya dengan cita rasa.
Tempat untuk menikmati cita rasa otentik dalam perjalanan Anda
Hari ini, perjalanan untuk mencoba Ramen, tempura, dan makanan klasik Jepang lainnya Ini telah menjadi tren global. Tur kuliner terpopuler antara lain:
- Tokyo: Pusat inovasi kuliner. Lebih banyak restoran berbintang Michelin terkonsentrasi di sini dibandingkan kota lain mana pun di dunia. Dari jajanan kaki lima di Shinjuku hingga kuil gourmet di Ginza, pilihannya tak terbatas.
- Osaka: dianggap sebagai “masakan Jepang”. Slogan populernya “kuidaore” —makan sampai kelelahan—merangkum kecintaan warga lokal terhadap makanan.
- Kyoto: Ideal bagi para pencinta tradisi. Kaiseki-nya, menu multi-hidangan yang disusun dengan cermat, mewakili puncak keanggunan Jepang.
- Sapporo: tempat kelahiran miso ramen dan terkenal dengan Festival Salju, di mana hidangan hangat memberikan kenyamanan di antara patung-patung es.
Contoh terkini: pada tahun 2025, Panduan Michelin Jepang Ia menyoroti bahwa lebih dari 30 pemenang penghargaan % barunya adalah koki muda yang memadukan teknik klasik dengan inovasi berkelanjutan, seperti penggunaan rumput laut lokal dan produk yang ditanam secara organik.
Di luar piring
Menemukan Ramen, tempura, dan makanan klasik Jepang lainnya Ini bukan hanya tentang makan, tetapi tentang memahami sebuah filosofi: keindahan kehidupan sehari-hari.
Dalam setiap sendok kaldu atau setiap potongan tempura terdapat dedikasi mereka yang menghargai waktu, keheningan, dan harmoni.
Turis modern tidak hanya ingin memuaskan rasa lapar, tetapi juga ingin merasakan pengalaman yang tak terlupakan. Jepang menawarkan hal itu: hubungan yang mendalam antara makanan, sejarah, dan emosi.
Kesimpulan
Mengeksplorasi Ramen, tempura, dan makanan klasik Jepang lainnya Ini adalah cara untuk mengenal negeri ini melampaui bentang alamnya. Setiap hidangan membuka pintu ke masa lalu dan masa kini, ke tradisi dan inovasi.
Jika ada satu hal yang diajarkan Jepang kepada wisatawan, itu adalah bahwa makanan dapat menjadi jembatan antarbudaya.
Dan dalam dunia yang semakin serba cepat, duduk dan menikmati semangkuk ramen sederhana dapat mengingatkan kita tentang nilai ketenangan dan rasa hormat.
Baca selengkapnya: Masakan Jepang: lebih dari sekadar sushi
Pertanyaan yang Sering Diajukan
1. Kapan waktu terbaik untuk menikmati masakan Jepang?
Musim semi (Maret hingga Mei) dan musim gugur (September hingga November) merupakan waktu yang ideal, karena bahan-bahan musiman seperti kepiting, bambu, dan wagyu sedang dalam kondisi terbaiknya.
2. Apakah ramen Jepang pedas?
Umumnya tidak, meskipun beberapa daerah, seperti Sendai atau Fukuoka, menawarkan versi yang lebih pekat. Anda bisa meminta "karai" (pedas) jika suka.
3. Di mana Anda bisa belajar memasak tempura atau ramen di Jepang?
Kota-kota seperti Tokyo dan Kyoto memiliki sekolah memasak untuk wisatawan, di mana pengunjung dapat menyiapkan hidangan mereka sendiri di bawah bimbingan koki lokal.
4. Apakah makanan Jepang mahal?
Tergantung lokasinya. Ramen bisa berharga semurah 900 yen (sekitar $6 USD), sementara makan malam kaiseki bisa lebih dari $200 USD. Jepang menawarkan pilihan untuk semua anggaran.
Pendeknya, yang bepergian untuk menemukan Ramen, tempura, dan makanan klasik Jepang lainnya Jangan hanya mencicipi makanan: nikmatilah budaya, sejarah dan rasa hormat.
Dan itulah pengalaman yang akan Anda ingat lama setelah Anda kembali ke rumah.